• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Kamis, 15 Mei 2014

Tulamben

13.06 // by dalijo // , // 6 comments

Tulamben
Di pesisir pantai timur Bali tepatnya di bagian timur laut, pagi-pagi sekali kami menjemput mentari untuk segera melaksanakan tugasnya, menyinari bumi. Badan sebenarnya masih sedikit letih setelah tadi malam memacu sepeda motor menempuh jarak sekitar 100 km dari daerah Kuta menuju tempat kami sekarang berada, Tulamben. Punggung masih pegal dan pantat terasa kebas. Tapi untuk mendapatkan hadiah yang indah memang butuh pengorbanan.

Sejatinya Pantai Tulamben bukanlah pantai yang indah apabila definisi pantai indah itu adalah pantai dengan pasir putih. Jangankan pasir putih, di Tulamben bahkan susah menemukan pasir hitam. Pantai ini didominasi oleh kerikil hitam atau bahkan batu-batu besar bukan pasir. Hal itu pula yang menyebabkan nama daerah ini disebut dengan Tulamben. Kata itu berasal dari batulambih yang berarti banyak batu. Hal ini dikarenakan batu yang banyak bertebaran di sana berasal dari erupsi Gunung Agung yang memang tak terlalu jauh letaknya. Batulambih lalu berubah menjadi Batulamben dan selanjutnya sekarang dikenal dengan Tulamben. Pagi ini keanomalian pantai itu diselamatkan oleh sunrise yang begitu menawan.
Tulamben
Tulamben pagi hari
Tulamben
Gunung Agung yang tidak terlalu jauh dari Tulamben. Foto dari Budi Setiawan
Tak disangka dibalik keanehannya ada keindahan yang tersembunyi di dalam air lautnya. Sekitar 25 meter dari bibir pantai, hanya sekitar 30 meter (ujung atasnya hanya 5 meter) dari permukaan air laut teronggok rongsokan kapal kargo Amerika di perang dunia ke 2. Itulah USAT Liberty yang karam setelah terkena torpedo pasukan Jepang. Berdasarkan sejarah yang ada, pada Januari 1942 kapal tersebut sedang dalam perjalanan dari Australia menuju Filipina melewati selat Lombok. Selanjutnya kapal selam pasukan Jepang menghentikan misi itu dengan menembakkan torpedo. Kejadian ini lokasinya tidak di dekat Tulamben, tapi malah lebih dekat dengan Lombok. Selanjutnya kapal yang sudah rusak tersebut hendak diselamatkan dan dibawa ke pelabuhan Singaraja oleh dua kapal perang lain. Namun karena USAT Liberty sudah terisi banyak air membuatnya susah dibawa hingga hanya sampai Pantai Tulamben saja bisa dibawa. Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung meletus mengakibatkan gempa dan tanah longsor di sekitar Pantai Tulamben mengakibatkan kapal Liberty tenggelam hingga sampai 25 meter dari bibir pantai. Selanjutnya lambat laun kapal itu ditumbuhi koral dan menjadi tempat bermain ikan hingga sekarang menjadi lokasi favorit menyelam di Bali.
Tulamben
Para penyelam siap untuk diving di pagi hari
Di waktu yang masih sepagi ini sudah banyak yang bersiap untuk diving. Tabung-tabung oksigen terlihat digendong dipunggung para diver yang kebanyakan para bule. Lalu selanjutnya mereka menghilang di kedalaman laut. Saya dan teman saya tidak akan melakukan hal yang sama, kami hanya akan snorkeling. Kami belum punya kemampuan untuk menyelam.

Kami menyewa peralatan snorkeling dan pelampung. Ya kami masih perlu pelampung. Untuk saya karena saya memang tidak mahir berenang, sedangkan teman saya meskipun ahli berenang dia masih newbie dalam hal snorkeling. Kami tetap menggunakannya untuk keselamatan dan keamanan, meskipun terlihat tidak keren.

Terumbu karang yang ada tidak tumbuh rapat bahkan jarang, namun di sekitar rongsokan kapal banyak sekali ikan yang bergerombol dengan sesama jenisnya. Ukuran ikan-ikannya pun bisa dibilang lumayan besar. Dalam pandangan saya, visibilty nya tidak terlalu bagus, mungkin karena dasarnya adalah batu hitam jadi terlihat agak gelap.
Tulamben
Underwater Tulamben. Foto dari Budi Setiawan

Tulamben
Penyu di antara gelembung udara. Foto dari Budi Setiawan
Dengan hanya snorkeling memang membuat kami tidak leluasa melihat bentuk kapal dan mengamati dengan detail reruntuhannya. Tapi kami cukup beruntung karena saat berada tepat di atas shipwreck terlihat seekor penyu yang dengan anggun berenang. Ini pertama kalinya saya melihat penyu di alam bebas. Dia berenang di antara gelembung-gelembung udara yang keluar dari para penyelam yang ada di bawah sana. Ahhh para penyelam itu membuat saya iri. Saya ingin menyelam juga.

Tulamben
Underwater Tulamben. Foto dari Budi Setiawan
Tulamben
Underwater Tulamben. Foto dari Budi Setiawan

Tulamben
Stingray. Foto dari Budi Setiawan

Tulamben
Clownfish. Foto dari Budi Setiawan

Tulamben
Awas ubur-ubur. Foto dari Budi Setiawan

6 komentar:

  1. Balasan
    1. iya untungnya temen bawa camera underwater :)

      Hapus
  2. Foto Nemo-nya dramatis banget... Baca ini jadi makin yakin kalo next trip ke Bali kudu ke sisi lain selain selatan biar bisa lihat yang bener-bener masih indah :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yoi broo,,bagian selatan sudah terlalu 'bukan bali' :D

      Hapus
  3. Mantap, bro! Jujur, belum pernah nyelam (freedive) di Tulamben, next time musti coba! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku jg blum pernah klo freedive om gio, itu yg moto guide nya,wkwkwkw

      Hapus