• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Sabtu, 04 Mei 2013

Perjuangan ke Danau Waekuri

22.04 // by dalijo // , , // 22 comments

Danau Waekuri, Sumba
Danau Waekuri
Sejujurnya kedatangan saya ke Sumba bukan untuk berlibur dan mengunjungi tempat-tempat wisatanya. Tapi setelah pekerjaan utama selesai dan masih ada waktu sebelum kepulangan saya ke Bali, tidak ada salahnya untuk sedikit menjelajah beberapa bagian Kabupaten Sumba Barat Daya.

Tujuan saya adalah Danau Waekuri (Weekuri / Waikuri), tidak banyak yang saya ketahui tentang tempat ini kecuali foto-foto yang cukup menarik perhatian karena terlihat danau dengan air yang begitu jernih. Modal kami hanyalah bahwa danau itu ada di Desa Kalenarongo, Kecamatan Kodi Utara Kabupaten Sumba Barat Daya, itu saja. Bahkan letak kecamatan Kodi Utara pun kami tak tahu pastinya. Justru disitulah letak menariknya perjalanan ini. Dari daerah Kadula kami menuju daerah Kodi hanya tau arahnya saja tidak tahu apa-apa tentang daerah itu. Untungnya jalannya tidak banyak cabang sehingga tidak membingungkan. Saat ada percabangan baru kami bertanya kepada penduduk setempat kemana arah yang benar.

Di daerah Kodi, rumah penduduk kebanyakan masih berupa rumah tradisional. Terbuat dari kayu dan bambu dengan bentuk atap yang meninggi. Saya sebenarnya tak sempat melihat ke dalamnya, tapi dari cerita orang setempat, di rumah tradisional tersebut ada tiga tingkat. Paling dasar untuk hewan ternak, tingkat kedua merupakan tempat manusia atau penghuni utama, sedangkan tingkat ke tiga adalah bagian untuk menyimpan bahan makanan.

Perjalanan semakin menuju daerah pelosok Sumba. Jalanan mulai mengecil dan tidak beraspal. Kami sangat sering bertanya karena percabangan mulai sering ditemui. Penduduk laki-laki yang kami temui di jalan banyak yang di kepalanya masih mengenakan asesoris tradisional dan menenteng pedang. Pedang inilah yang membuat salah satu teman saya agak ketakutan karena konon kabar yang beredar di daerah Kodi ini memang sering terjadi perampokan. Tapi menurut saya pedang itu memanglah digunakan untuk mencari kayu atau semacam itu, bukan untuk menakuti orang lain apalagi digunakan untuk melukai wisatawan.

“Terus saja kesana” jawab salah satu orang yang kami tanyai tentang letak Danau Waekuri.

Akan tetapi setelah menyusuri jalan yang ditunjukkan, ragu mulai menyeruak di pikiran kami. Bagaimana tidak, jalanan yang berada di tengah ladang yang sangat luas ini semakin menyempit, hanya cukup untuk satu mobil saja bahkan sangat mepet. Jalanan di depan malah rumput ilalangnya sangat tinggi dan terlihat seperti tidak pernah dilewati mobil karena jalur bekas dilewati kendaraan hanya satu jalur, tidak dua seperti yang dimiliki mobil yaitu memiliki dua baris ban kanan dan kiri. Pada saat itulah teman kami yang memegang kemudi memundurkan mobil untuk mecari jalan lain. Tapi pada saat itu juga ada pengendara sepeda motor di belakang kami.

“Mari ikuti saya saja” ajaknya ramah ketika kami memberitahukan tentang kebingungan yang sedari tadi melanda.

Jalan yang sempit itu tetap kami terobos. Rumput-rumput yang tinggi sebenarnya cukup mengganggu, untungnya mobil Panther yang kami gunakan cukup handal untuk melewati medan yang sulit ini.
Sampai di suatu persimpangan kecil di mana bapak yang baik hati menunjukkan jalan itu harus menuju jalan yang berbeda karena rumahnya ada di ujung jalan yang beda itu.

“Lurus terus saja mas, nanti kalau sudah sampai jalan yang sudah kena pengerasan belok kanan, kira-kira satu kilo ketemu Danau Waekuri”

Terima kasih saja yang bisa kami berikan untuk kebaikannya.

Benar apa yang disampaikan oleh bapak tadi. Setelah bertemu dengan pos penjaga, dari jalan sudah terlihat air jernih danau. Turun dari mobil, hanya butuh berjalan sekitar 25 meter saja kami sudah sampai di pinggir danau. Air danau sangat bening, dasar danau yang berwarna putih terlihat dengan jelas sekali. Karena itu pula terlihat bahwa kedalaman danau tidak seberapa. Ingin sekali rasanya meloncat lalu nyebur, tapi sayang karena tidak membawa pakaian ganti kami hanya foto-foto saja.
Danau Waekuri, Sumba
Danau Waekuri
Luas danau tak seberapa, kira-kira hampir sebesar lapangan sepakbola. Dasar danau yang berwarna putih merupakan pasir seperti pasir putih di pantai. Hal ini dikarenakan memang letak Danau Waekuri ini berada di dekat laut, hanya terpisah oleh tebing-tebing batu. Air danau pun adalah air laut yang masuk melalui celah-celah tebing lalu tertampung oleh cekungan yang dipagari oleh batu-batu. Mirip sekali dengan Segara Anakan yang ada di kawasan Pulau Sempu.
Danau Waekuri, Sumba
Danau Waekuri
Rumah-rumah penduduk agak jauh dari sini. Bangunan-bangunan pun tidak ditemukan kecuali pos jaga yang berfungsi sebagai pos retribusi. Tak ada pengunjung lain, hanya ada beberapa bapak yang tiba-tiba muncul lalu ngobrol dengan kami. Mereka membawa parang dan kayu untuk membuat bale-bale atau gazebo dengan swadaya tanpa bantuan pemerintah.

“Kalau hari minggu ramai yang datang ke sini, kasian kalau tidak ada tempat bersantai.” Mulia sekali mereka.
Danau Waekuri, Sumba
Dibalik tebing itu adalah laut
Danau Waekuri, Sumba
Nah itu laut di balik tebing
Sayangnya kami tak bisa lama-lama menikmati danau yang indah ini. Hujan yang memang sudah bersiap-siap dari tadi karena mendung menggantung sejak kedatangan kami akhirnya datang dan dengan cepat berubah menjadi sangat deras. Kami berlari menuju mobil meninggalkan bapak-bapak tadi dan Danau Waekuri. Selanjutnya menuju Tambolaka menyusuri jalan lain dari yang kami lewati untuk kesini karena ternyata ada jalan lain yang lebih bagus.

22 komentar:

  1. Siiipp.... wis....,walopun aku bukan pecinta alam aku terkesan dg tulisanmu....
    harusnya ceritakan juga sebenarnya bahwa sopirnya itu sok tau..... huahahaa....

    BalasHapus
  2. itu airnya bener2 jernih ya..??? kalo mang iya, wuihhh jempol bgt!

    BalasHapus
  3. waaahh, danaunya jernih banget. jadi pengen main ke sumba. semoga suatu saat aku bisa ke sana. :)

    BalasHapus
  4. 2 tahun lalu pernah mampir ke sumba bahkan sempat lewat daerah kodi,sayangnya gak tau kalo ada danau sekeren ini
    tujuan saya dulu kampung muslim desa pero,naik angkot waitabula-desa pero .sumba emang keren yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya bisa tau tempat ini searching dulu ada apa aja di Sumba Barat, ketemu deh tempat ini :)

      Hapus
  5. Jernih sekali ya air danaunya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dilihat-lihat lagi kok mirip Segara Anakan di Pulau Sempu di Malang ya...

      Hapus
    2. iya memang mirip..karakternya sama, airnya dari air laut,cma di sini masih bersih dan sepi,hehe

      Hapus
  6. foto laut yang di balik batunya mana Bro?

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke nanti ditambahin..
      terima kasih sudah mampir :)

      Hapus
  7. Sayang banget ya mau hujan. Coba pas lagi cerah pasti waaaah... pingin nyebur! Eh? Ini bukan lokasi keramat kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa sayang terus hujan :(
      bukan tempat keramat kok, biasanya yg datang jg pada nyebur

      Hapus
  8. bening banget air nya yak dan emang dimana-mana tempat wisata yang jalur nya susah dan sepi pasti masih alami banget tempat nya haha.. smoga bs kesana suatu hari!

    http://www.thedreamerblog.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya,semoga mas frenky bisa kesana
      terima kasih sudah mampir :)

      Hapus
  9. mas dalijo, ajak aku kesini huahuahua :D

    BalasHapus
  10. Wah danaunya luar biasa, harus dikunjungi ini kalau ke Sumba :)

    BalasHapus