• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Kamis, 22 Agustus 2013

Menyapa Orah Sang Naga

18.35 // by dalijo // , , // 4 comments

Komodo, Nusa Tenggara Timur
Komodo dengan nama latin Varanus Komodoensis
Sudah lebih 3 jam perahu yang saya naiki melaju di perairan laut. Pulau-pulau yang entah apa namanya cuma dilewati begitu saja. Labuan Bajo sama sekali tak terlihat lagi. Ombak yang mengombang-ambingkan perahu sudah mulai terasa biasa bagi tubuh saya, adaptasi yang memang saya harapkan. Di depan sudah menyapa Loh Liang yang walaupun perairannya cukup tenang, namun namanya terdengar menyeramkan. Loh berarti teluk, Loh Liang berarti Teluk Liang, disinilah perahu-perahu bersandar untuk menurunkan orang-orang untuk menjenguk sang hewan purba legendaris di rumahnya, Pulau Komodo.


Waktu tempuh Labuan Bajo ke Loh Liang di Pulau Komodo biasanya 3 jam saja, tetapi siapa juga yang bisa memastikan waktu sampai bila hanya menggunakan perahu biasa, apalagi dengan gelombang laut yang tak menentu. Manusia begitu kecil didepan alam. Meski cuaca cerah tapi beberapa kali perahu harus menghadang pusaran gelombang yang cukup menyulitkan. Pantaslah kalau kami tiba melewati waktu rata-rata itu. Tapi meski harus menempuh waktu yang lebih lama, saya masih merasa beruntung karena dengan sangat kebetulan saya bisa satu perahu dengan rombongan dokter-dokter cewek yang sedang PTT di sekitar Labuan Bajo.

Kantor Taman Nasional Komodo terletak tidak jauh dari dermaga Loh Liang. Disini pengunjung diharuskan untuk mendaftar sekaligus membayar biaya retribusi untuk masuk kawasan Taman Nasional yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1988. Harga tiket untuk wisatawan dalam negeri tidaklah mahal, bahkan bisa dikatakan murah mengingat apa yang akan kita lihat adalah satu-satunya di dunia dan sudah menjadi bagian dari New 7 Wonders of Nature.

Karena rombongan kami lumayan banyak maka kami akan ditemani oleh 3 ranger, satu berada di depan, satu di tengah dan satu lagi ada di belakang. Hanya bermodalkan tongkat dengan bentuk huruf Y di ujungnya mereka akan menjadi dewa penyelamat kami.
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Tongkat dengan ujung Y
Ada 3 pilihan panjang trek yang bisa diambil, short trek, medium trek dan long trek. Dengan melihat kemampuan, kami memutuskan untuk memilih yang terpendek, short trek.

“Pilih long trek juga belum tentu bisa ketemu komodo kok. Mereka itu liar, jadi untung-untungan juga dapat bertemu pas trekking. Kami tidak bisa menjamin.” jelas salah satu ranger.

Sebelum berangkat, kami dibriefing dulu, tentang jalur yang akan ditempuh, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kami lakukan selama di hutan. Komodo yang memiliki nama latin Varanus Komodoensis merupakan hewan yang sangat berbahaya, seandainya mereka menggigit, meskipun lukanya tidak terlalu parah tetap saja bisa membunuh, karena air liurnya mengandung banyak sekali bakteri yang bersifat racun. Mereka juga memiliki indra penciuman yang sangat mengagumkan, apalagi mencium bau darah. Jadi bagi para wanita yang sedang datang bulan diharapkan untuk sangat waspada atau lebih baik tidak ikut trekking.

“Jangan sampai terpisah dari rombongan” begitu penjelasan sang ranger yang menjadi kalimat sakti yang benar-benar saya ingat dan akan saya amalkan.

Hutan banyak ditumbuhi berbagai macam tumbuhan. Dari pohon yang besar-besar sampai rumput ilalang. Jalur untuk trekking adalah jalan setapak yang kebetulan sedang becek.
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Ssttt,,jangan berisik
“Disini hampir tiap hari hujan, mas. Makanya jalannya becek. Hati-hati mas.” terang pak Willy, ranger yang berada paling belakang. Saya memang memilih berada di belakang untuk mengamalkan ajaran “ladies first”, mengingat kaum hawa mendominasi jumlah rombongan ini. Dan ketika Pak Willy mengatakan kalimat tadi, saya memang hampir terpeleset.

Pak Willy ini aslinya dari daratan Flores, sudah cukup lama bekerja sebagai ranger. Saya lupa pastinya dari kapan dia mulai mengabdi. Tentu saja pekerjaan ranger di sini berbeda jauh dengan Power Rangers yang kita lihat di televisi sebagai penumpas kejahatan. Tugas ranger atau jagawana adalah menemani pengunjung dan menjaga mereka dari serbuan komodo. Meski begitu mereka bukanlah orang sakti yang selalu bisa menjadi juru selamat. Komodo itu sangat berbahaya, maka waspada tetaplah menjadi hal yang utama.
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Pak Willy

“Beberapa waktu yang lalu di Rinca ada ranger yang digigit komodo. Tapi di sini sangat jarang sekali ada yang digigit. Sepertinya komodo di Rinca lebih ganas.” terangnya. Komodo selain ada di Pulau Komodo juga terdapat di Pulau Rinca, Nusa Kode dan Gili Motang, mereka semua ada di kawasan Taman Nasional Komodo.

Kami berhenti di water hole yang merupakan sumber air minum berbentuk kolam kecil. Pohon-pohon di sekitarnya begitu rindang sehingga membuat suasana yang sangat teduh. Tempat ini bukanlah tempat alami karena sengaja dibuat untuk menarik komodo atau hewan lainnya minum. Semua makhluk hidup butuh minum. Tapi sayang saat kami kesana tak ada satu pun hewan yang ingin mengusir dahaganya.

Perjalanan dilanjutkan dengan kembali menyisir hutan. Jenis vegetasi tidak terlalu ada perubahan yang mencolok. Yang sama sekali tidak ada perubahan adalah adanya suara burung-burung yang dari awal perjalanan banyak terdengar. Ada burung yang kicaunya merdu yang entah namanya apa, sampai kaok-kaok burung gagak yang jumlahnya begitu banyak.

Tiba-tiba saja di depan sana terlihat binatang melata yang begitu gemuk berjalan dengan penuh angkuh. Semuanya terkesiap dan juga terpana melihatnya. Pada awalnya dia berjalan menuju arah kami, namun ketika sudah berjarak sekitar 15 meter dia membalikkan badan lalu berjalan menjauhi kami. Megal-megol pantatnya ketika berjalan begitu lambat terlihat seperti keberatan badan, pantas saja dia diabadikan dalam lirik lagu anak-anak bahwa macet disebabkan karena dia lewat. Tak disangka meski gendut dia masih bisa bergerak dengan cepat untuk mengejar mangsanya. Yang lebih menakjubkan lagi, komodo juga bisa berenang dan komodo belia bisa memanjat.
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Di depan sana ada komodo (sayang ga fokus)
Keberuntungan kami masih berlanjut karena selang beberapa saat dari tempat tadi, kami bertemu dengan komodo yang lainnya. Tapi hal yang dilakukan komodo yang ini juga sama dengan sebelumnya, dia menjauhi kami lagi.

“Beruntung sekali kita hari ini bisa bertemu 2 komodo di hutan. Tidak sedikit yang mengambil jalur long trek tapi sama sekali tidak bertemu mereka.” seru Pak Willy.

Melihat komodo di hutan tempat asalnya saya jadi teringat tentang kisah penduduk setempat. Mereka percaya bahwa komodo ini adalah saudara mereka yang bernama Ora atau Orah. Dahulu kala ada seorang putri yang tinggal di Pulau Komodo yang bernama Putri Naga dan memiliki suami bernama Majo. Di kemudian hari pasangan ini memiliki anak kembar, satu laki-laki berwujud manusia yang dinamakan Si Gerong sedang satunya perempuan berwujud naga dan diberi nama Orah. Mereka hidup terpisah, Si Gerong hidup di kerajaan, sebaliknya Orah dibuang di hutan.

Setelah dewasa, Si Gerong berburu di hutan dan memanah rusa. Ketika dia hendak mengambil buruannya, ada seekor kadal raksasa yang dengan lapar menyantap si rusa. Si Gerong marah dan hendak membunuh kadal itu. Akan tetapi tiba-tiba Putri Naga yang tak lain adalah ibunya datang mencegahnya. Dia memberitahu Si Gerong bahwa kadal itu adalah Orah saudara kembarnya. Si Gerong lalu mengurungkan niat untuk membunuh kadal raksasa. Sejak saat itu, keturunan Si Gerong dan Orah hidup berdampingan dan tidak saling mengganggu. Kampung Komodo sendiri sampai saat ini masih ada, meskipun konon suku Komodo yang benar-benar asli kabarnya sudah tidak ada. Saat ini yang tinggal di Kampung Komodo adalah pendatang dari beberapa daerah.

******

Selanjutnya Fregata Hill menjadi sajian yang sangat istimewa. Dari bukit ini, kami bisa melihat Loh Liang yang sangat indah dengan ombak yang kecil mengalun sampai pantai. Perahu kami yang bersandar di dermaga juga kelihatan meski kecil menjadi ornamen yang manis.
Komodo, Nusa Tenggara Timur
View dari Fregata Hill
Hidangan spesial belum berakhir, karena justru di dekat kantor Taman Nasional banyak terdapat komodo yang berjemur di dekat dapur. Mereka mengendus bau makanan yang berasal dari dapur. Jadi apabila kita tidak bertemu komodo di hutan, setidaknya kita bisa melihat mereka di sekitar dapur.
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Komodo yang berjalan di dekat dapur
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Full team 
Komodo, Nusa Tenggara Timur
Haloooo..!!!
Mereka bertahan hidup jauh lebih lama dari umat manusia. Mereka bisa melewati masa dimana dinosaurus pun tak mampu bertahan. Dan mereka hidup cuma di Indonesia. Jadi sudah sepantasnya kita menjaganya.


*Tulisan ini diikutkan dalam lomba #Terios7Wonders yang diadakan oleh Daihatsu dan BlogDetik

4 komentar:

  1. Q malah short trek..ikutan sama rombongan bule yang udah tua...hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. kak indra sukanya yg tua2,hehe

      Hapus
    2. owh kalo nebeng sama siapa aja sih gapapa,haha namanya nebeng,,tp klo pas dpt bule yg cantik namanya bonus :))

      Hapus