• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Rabu, 05 September 2012

Tari Kecak dan Api Uluwatu, Kolaborasi Spektakuler Alam dan Budaya

17.04 // by dalijo // , , // 2 comments


Tari Kecak, Uluwatu, Bali
Tari Kecak
Akhir pekan sepertinya terlalu berharga untuk dilewatkan bersantai-santai saja di kamar. Apalagi saya tinggal di Bali. Tempat wisata paling terkenal di negara ini. Siang menjelang, cerah menjarang, lalu merugilah jika tidak keluar rumah.

Rencana utama saya kali ini adalah menonton pertunjukan tari kecak di Uluwatu, suatu tempat di ujung selatan Pulau Bali. Berhubung jalan sebelum Uluwatu juga terdapat pantai-pantai yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, tidak ada salahnya sekedar mencicipi hidangan pembuka sebelum menyantap main coursenya.


Ada beberapa pantai di sekitar Uluwatu, ada Pantai Padang-padang dan Pantai Suluban, keduanya bersebelahan. Nah sebelahnya pantai Suluban inilah Uluwatu. Uluwatu sendiri mungkin bisa disebut bukan pantai, karena disini tidak berbentuk pasir yang landai tetapi tebing-tebing tinggi yang menjulang. Ada juga hutan yang dihuni banyak kera, waspadalah karena beberapa diantaranya ada yang nakal, tapi tidak sedikit juga yang tingkahnya lucu. Tidak ketinggalan ada sebuah Pura juga di Uluwatu, oleh karena itu setiap pengunjung diharuskan untuk memakai selendang dan bagi yang memakai celana pendek diharuskan memakai kain. Kain dan seledndang sendiri sudah disiapkan di loket pembelian tiket masuk.

Selain hal-hal tersebut di atas, ada sajian lain lagi yang bisa dinikmati di Uluwatu, yaitu pertunjukan tari kecak. Tari kecak sangatlah menarik dan unik daripada tarian yang lain, hal ini dikarenakan tidak ada iringan gamelan seperti umumnya tapi yang mengiringi adalah suara dari mulut manusia langsung. Ada puluhan pengiring yang bersuara ‘kecak..kecak..kecak...’ hampir selama pertunjukan, mereka duduk mengelilingi tarian utama yang memiliki alur cerita.
Tari Kecak, Uluwatu, Bali
tribun penonton

Tari Kecak, Uluwatu, Bali
penonton yang berjubel

Tepat jam 18.00 WITA, para pengiring tarian mulai memasuki arena pertunjukan. Saya sendiri sudah setengah jam lebih duduk di tribun penonton menunggu dimulainya acara. Sejam sebelumnya saya sampai di Uluwatu, melihat-lihat suasana tempat ini sembari menunggu dibukanya loket penjualan tiket pertunjukan tari kecak. Loket sendiri dibuka pada pukul 17.00 wita. Dengan membayar sebesar Rp 70.000,- kita bisa memperoleh satu tiket dan sinopsis cerita tarian. Sinopsis sendiri tersedia dalam berbagai bahasa. Setelah mendapatkan tiket tersebut saya langsung menuju arena. Arena pertunjukan berbentuk mirip stadion hanya saja mini. Ada tribun yang mengelilingi tempat untuk menari, sedang bagian barat tidak berisi tribun karena selain ada gapura untuk keluar masuknya penari, juga untuk melihat tenggelamnya matahari. Nah agar dapat menikmati tarian dan sunset, datanglah lebih cepat sehingga dapat memilih tempat duduk yang tepat karena jika terlambat anda hanya bisa menonton tarian saja tanpa background sunset. Asal tahu saja penonton yang datang berjubel.
Tari Kecak, Uluwatu, Bali
Rama dan Sinta

Tari Kecak, Uluwatu, Bali
para pengiring sempat berhenti 'bersuara' dan tiduran

Diiringi para pengiring yang bersuara dan duduk berjejer melingkari benda yang ujung-ujungnya ada api seperti obor, penari mulai memasuki arena saat senja jingga mulai menggamit cakrawala. Tarian ini bercerita tentang kisah yang tak asing lagi di kehidupan sebagian masyarakat kita, lakon Rama dan Shinta. Beberapa tokoh lainnya mulai muncul bergantian, sedangkan langit mulai benar-benar berubah menjadi jingga seperti terbakar. What a perfect combination, great performance from all dancers with sunset.
Tari Kecak, Uluwatu, Bali
Para pengiring pun ikut menari

Tari Kecak, Uluwatu, Bali
Hanoman yang sedang mengobrak-abrik Alengka

Di tengah-tengah acara, ada adegan yang menarik dimana salah satu karakter penari menyapa penonton. Dimulai dengan sapaan berbahasa Bali, dilanjutkan dengan bahasa lainnya, Indonesia, Inggris, Jepang dan China, entah mungkin sempat berbahasa lain juga yang tidak saya pahami. Tidak lupa juga mengucapkan salam dalam agama Hindu, Islam dan Nasarani. Interaksi dengan penonton tidak berhenti disitu saja, bahkan lebih seru karena ada 2 penonton yang diajak turun ke arena untuk menari bersama. Satu penonton perempuan dan satu penonton laki-laki. 2 orang itu terlihat sangat menikmati tarian walaupun sebenarnya juga sempat dikerjai. Sementara saya dan juga penonton yang lain tak henti-hentinya membidik mereka dengan kamera di tangan masing-masing
Tari Kecak, Uluwatu, Bali
ketika salah satu penari menyapa penonton
Tari Kecak, Uluwatu, Bali
penonton yang diajak menari

Pertunjukan mencapai klimaks ketika Hanoman, sang kera putih diikat di tengah-tengah arena lalu ada sabut kelapa yang dibakar disekelilingnya alhasil kobaran api menjalar memutari sang Hanoman. Setelah berhasil melepaskan ikatannya, Hanoman bangkit berdiri dan menendang serta menginjak api-api itu hingga padam. Tentu saja tepuk tangan dari penonton segera membahana. Inilah yang disebut fire dance.
Tari Kecak, Uluwatu, Bali
Hanoman yang sedang 'dibakar'

Tari Kecak, Uluwatu, Bali
Hanoman yang memadamkan api

Setelah Sinta berhasil diselamatkan, berakhir juga sendratari yang begitu memukau ini. Mungkin sangat jarang ada dua sajian dimana alam dan budaya dapat bersatu. Tapi disisni tepat satu jam durasi dimana anda akan dibuat terpukau oleh sajian budaya dipadu dengan sajian alam yang sangat mempesona.

2 komentar:

  1. Mas, minta izin aku share lagi boleh gak, tentunya tanpa menghilangkan sumbernya.

    BalasHapus